Pola Konsumsimu Mempengaruhi Kondisi Iklim Lho!

Dalam proses konsumsi manusia, dalam hal ini konsumsi makanan dan minuman, tentu saja diperlukan bahan-bahan dasar makanan untuk kemudian diolah menjadi makanan. Tentu saja untuk memproduksinya, diperlukan proses yang terlampau panjang. 

Lantas, bagaimana, pola konsumsi kita dapat mempengaruhi kondisi iklim? Apalagi sedang gencar digalakkan bahwa sedang terjadi pemanasan global. Apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi terhadap penanganan pemanasan global melalui apa yang kita konsumsi?

Sumber : Vox Youtube 


Grafik di atas diambil dari salah satu video dari kanal Youtube Vox yang menjelaskan tentang fenomena ini. 

Grafik berwarna kuning adalah polusi akibat proses distribusi, jingga mewakili polusi untuk proses penanaman dan pemrosesan makanan untuk hewan ternak, grafik biru mewakili proses peternakan dan penanaman dan grafik hijau mewakili polusi akibat perubahan fungsi lahan. 

Perbedaan signifikan terhadap emisi yang dihasilkan tidaklah terlalu signifikan pada grafik kuning dan jingga, hal ini dikarenakan proses distribusi dan pemberian pakan hewan ternak tidak terlalu berbeda metodologinya. Sedangkan perbedaan dramatis tampak pada proses peternakan dan penanaman serta emisi akibat perubahan fungsi lahan. 

Dalam mencerna makananannya, sapi, domba, dan kambing melewati sebuah daur pencernaan yang disebut fermentasi enterik. Sistem pencernaan mereka kaya akan mikroba untuk mencerna makanan mereka. Hasil daripada pencernaan mereka yang berbahaya bagi lingkungan adalah gas metana. 

Gas metana adalah salah satu gas rumah kaca yang sangat kuat dan merupakan penyumbang terbanyak kedua setelah karbon dioksida

Global GHG emissions by gas: 65% is from carbon dioxide fossil fuel use and industrial processes. 11% is from carbon dioxide deforestation, decay of biomass, etc. 16% is from methane. 6% is from nitrous oxide and 2% is from fluorinated gases.
Sumber : EPA


Walaupun hanya menempati urutan kedua, namun, gas metana ini mampu menahan gelombang panas dari sinar matahari lebih efektif dibandingkan dengan gas karbon dioksida, sekitar 21 kali lebih efektif

(a) Methane concentration in the atmosphere. (b) Anthropogenic methane emissions by source in 2010. (c) Anthropogenic methane emission by sectors in 2010. (d) Methane emission trends by sectors from 1990-2010.
Sumber : Yusuf, Noor, Abba, dkk 2012

Dan dari semua gas metana yang ada di dunia, penyumbang terbesar adalah dan selalu adalah dari sektor agrikultural yang bahkan mengalahkan sektor energi. Apalagi diketahui bahwa data tersebut diambil pada tahun 2012, maka bisa dibayangkan datanya sekarang bagaimana.

Dan pada pengalihan penggunaan lahan, banyak sekali lahan yang ada di dunia sekarang yang harus dikorbankan demi kemaslahatan manusia, mulai dari membangun peradaban manusia seperti kota, perumahan, dan lain sebagainya, hingga pembuatan lahan untuk sektor agrikultural yang secara khusus akan kita analisis.

Penggunaan lahan untuk kepentingan manusia sendiri sudah ada sejak beribu-rbu tahun yang lalu. Namun, terjadi peningkatan yang dramatis pada antara tahun 1500-an hinga sekarang. Grafik ini akan menunjukkannya.

Land use over the long term v4 850x600
Sumber : Our World In Data

Grafik merah mewakili penggunaan lahan untuk penanaman tanaman yang digunakan untuk konsumsi hewan dan manusia. Grafik hijau mewakili lahan untuk peternakan seperti sapi, domba, dll. Sedangkan grafik kuning mewakili penggunaan lahan untuk menyokong kehidupan manusia seperti perkotaan, perumahan, dll. 

Pengalihan penggunaan lahan dari hutan menjadi area peternakan dan cocok tanam telah sangat berpengaruh karena ketika kita menebang pohon yang ada untuk dijadikan lahan fungsional, sejumlah besar karbon yang tersimpan pada tanaman tersebut mulai dari akar hingga daun, akan terlepas ke atmosfer, yang kemudian menyumbang pada kadar karbon dioksida yang ada pada atmosfer. 

Karena tanaman menggunakan karbon dioksida dalam proses respirasinya, hal ini menyebabkan karbon dioksida yang awalnya sudah terserap dan hendak digunakan dalam metabolisme tumbuhan, dilepaskan kembali secara masif ke atmosfer. Hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan kadar karbon dioksida di atmosfer.

Kembali kita melihat pada grafik yang pertama, akan terlihat bahwa beberapa komoditas tumbuhan justru memiliki grafik hijau yang minus atau ke bawah. Artinya adalah bahwa tanaman tersebut antara lain kacang-kacangan, sitrus, dan buah zaitun, menyumbang terhadap penambahan lahan karena mereforestasi lahan yang awalnya dialihfungsikan. 


Sedangkan komoditas cokelat menyebabkan terjadinya alihfungsi lahan yang luar biasa masif khususnya di Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika. Sehingga pelepasan karbon yang disebabkan oleh alihfungsi lahan ini menyumbang besar terhadap pemanasan global yang terjadi. 



Namun, bagaimanapun juga, sebagai manusia, mengonsumsi makanan dan minuman adalah hal yang paling substansial dan termasuk dalam 3 kebutuhan primer. Namun, dari artikel ini, saya berharap bahwa pembaca sekalian dapat menentukan apa yang sebaiknya dimakan untuk berkontribusi dalam menangani pemanasan global ini. 



Comments